DITANGAN MAHASISWA TERGENGGAM ARAH BANGSA
Menurut Hartaji (2012), mahasiswa
adalah seseorang yang tengah menimba ilmu atau belajar dan terdaftar pada salah
satu bentuk perguruan tinggi, yang terdiri dari akademi, politeknik, sekolah
tinggi, institut, hingga universitas. Sebagai kaum intelektual, mahasiswa
dipandang punya peran besar dalam mengubah tatanan sosial. Narasi yang
berkembang selama ini menyebutkan bahwa mahasiswa merupakan agent of
change, social control and iron stock. Dengan fungsi tersebut, tentu
saja tidak dapat dipungkiri bagaimana peran besar yang diemban mahasiswa untuk
mewujudkan perubahan bangsa.
Ide dan pemikiran cerdas seorang
mahasiswa mampu merubah paradigma yang berkembang dalam suatu kelompok dan
menjadikannya terarah sesuai kepentingan bersama. Sikap kritis mahasiswa sering
membuat sebuah perubahan besar dan membuat para pemimpin yang tidak berkompeten
menjadi gerah dan cemas. Dan satu hal yang menjadi kebanggaan mahasiswa, yaitu
semangat membara untuk melakukan sebuah perubahan.
Sebagai agen perubahan, mahasiswa
bertindak bukan ibarat pahlawan yang datang ke sebuah negeri lalu dengan
gagahnya sang pahlawan mengusir penjahat-penjahat yang merajalela dan dengan
gagah pula sang pahlawan pergi dari daerah tersebut diiringi tepuk tangan
penduduk setempat.
Mahasiswa bukan hanya sekedar
agen perubahan seperti pahlawan tersebut, mahasiswa sepantasnya menjadi agen
pemberdayaan yang berperan dalam pembangunan fisik dan non fisik sebuah bangsa
yang kemudian ditunjang dengan fungsi mahasiswa selanjutnya yaitu social
control, kontrol budaya, kontrol masyarakat, dan kontrol individu sehingga
menutup celah-celah adanya kezaliman. Mahasiswa bukan sebagai pengamat dalam
peran ini, namun mahasiswa juga dituntut sebagai pelaku dalam masyarakat,
karena mahasiswa merupakan bagian masyarakat.
Mahasiswa sebagai agen perubahan
adalah yang mempunyai kesadaran jiwa, peka, peduli, dan punya imajinasi akan
kehidupan yang lebih baik. Upaya untuk membuat perubahan inilah yang perlu
diperjuangkan. Perubahan tidak bisa terjadi begitu saja. Diperlukan gerakan
masif dan terus-menerus untuk mengubah kondisi sekarang.
Mahasiswa yang acuh terhadap
masyarakat, akan mengalami kerugian yang besar jika ditinjau dari segi hubungan
keharmonisan dan penerapan ilmu. Dari segi keharmonisan, mahasiswa tersebut
sudah menutup diri dari lingkungan sekitarnya sehingga muncul sikap apatis dan
hilangnya silaturrahim seiring hilangnya harapan masyarakat kepada mahasiswa.
Dari segi penerapan ilmu. mahasiswa yang acuh akan menyianyiakan ilmu yang
didapat di perguruan tinggi, mahasiswa terhenti dalam pergerakan dan menjadi
sangat kurang kuantitas sumbangsih ilmu pada masyarakat
Lalu jika mahasiswa acuh dan
tidak peduli dengan lingkungan, maka harapan seperti apa yang pantas disematkan
pada pundak mahasiswa. Mahasiswa sebagai iron stock berarti mahasiswa seorang
calon pemimpin bangsa masa depan, menggantikan generasi yang telah ada dan
melanjutkan tongkat estafet pembangunan dan perubahan. Untuk menjadi iron
stock, tidak cukup mahasiswa hanya memupuk diri dengan ilmu spesifik saja.
Perlu adanya soft skill lain yang harus dimiliki mahasiswa seperti
kepemimpinan, kemampuan memposisikan diri, interaksi lintas generasi dan
sensitivitas yang tinggi. Pertanyaannya, sebagai seorang mahasiswa, apakah kita
sudah memiliki itu semua??
Maka komplekslah peran mahasiswa itu sebagai pelajar sekaligus pemberdaya
yang ditopang dalam tiga peran, yaitu agent of change, social control, and iron
stock. Hingga suatu saat nanti, bangsa ini akan menyadari bahwa mahasiswa
adalah generasi yang ditunggu-tunggu bangsa ini.
Kitalah generasi itu.
Hidup mahasiswa!!
Comments
Post a Comment